cursor

Jumat, 28 Maret 2014

Catatan Luka

Waktu bagai goyangan api. Tak terasa berlalu begitu saja. Mentari masih terbit di ufuk timur. Bintang pun masih beterbaran. Jauh. Tak dapat terlihat. Apalagi untuk menggapainya. Pahamilah, hanya rangkaian kata yang menjelaskan.

Kiranya aku dapat menatap cahaya. Namun, sudahlah. Aku yakin, tak ada manusia yang sempurna. Semua memiliki masalah, tentu pada batasnya. Kesanggupan dan keteguhan ditambah dengan kesabaran, hanya jalan itulah yang mengantarkan supaya lulus dalam ujian.

Kalian tahu? Semenjak tiga minggu yang lalu, ketika petaka itu terjadi. Hingga saat ini aku masih menjadi penguasa tempat tidur. Berteman hampa dan sepi, ribuan air mata tak henti-hentinya mengalir.

Diluar sana, aku memandang memang tidak hanya diriku yang mengalami kejadian seperti ini. Namun ketahuilah, aku masih seorang gadis yang belum berusia 17 tahun. Semangatku seketika padam, seakan impian itu hanya goresan dalam kertas.

" Mama, kenapa setiap orang hanya melihat dari penampilan fisiknya saja? Aku malu mama. Bahkan aku tak menginginkan diriku sendiri. "

Takdir Tuhan memang tak bisa dihindari. Suasana gemuruh yang kian lama berubah menjadi sangat sepi. Seperti sudah tak ada kehidupan lagi.

Sahabat, di minggu ke tiga ini aku mendapatkan kabar. Kaki ku yang fraktur menjadi bengkok. Dengan kesimpulan singkat, aku harus lebih lama lagi berdiam menjadi penguasa tempat tidur.

Hanya senyuman yang tertata rapih, memang terpasang diberbagai media sosial. Ingatlah bahwa aku masih memiliki hati, hati kecil yang kian hari menjerit akan ketidakadilan. Mereka boleh melihat sampul simpul dalam diriku, yang merupakan jalan terakhir agar aku tetap terjaga.

Keadaan fisik?. Ah. Kini aku hanya tinggal berpasrah diri. Tuhan yang menjalankan kehidupanku akan menjadi apa diriku kelak. Mungkinkah bulir mutiara ini masih akan tetap mengalir? Hingga kapan? Aku pun tak mengetahuinya.

Bersiap untuk kejadian terburuk. Cemoohan setiap orang. Menyayat hati, memang. Tapi tragedi itu pasti terjadi. Tuhan, terimakasih atas segala sesuatu yang telah kau beri. Lindungi aku hingga aku lelah menjalani kehidupan yang fana ini.

' Mama, apakah bisa manusia sepertiku menggapai mimpi yang sangat mustahil?
Mama, aku ingin menjadi seperti mereka. Aku ingin kembali '

Kota Serang, 28 Maret 2014. Assyifa Ekananda Firdaus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar