Sebuah Kisah (curhatan hati tentang
persahabatan)
ditulis tanggal : 13 January 2014
Assyifa Ekananda Firdaus
Coretan dan perangkai
warna yang telah di gores dalam kertas putih tak berdosa kini telah
menjadi saksi kisah diantara aku dan dirinya. Aku yang telah berusaha
memaksimalkan apa yang bisa aku lakukan demi dirinya yang mungkin tak
tahu bahwa aku sungguh selalu memikirkannya dan selalu berusaha
membahagiakannya. Kisah ini terjadi ketika aku kelas satu Sekolah
Menengah Atas, aku mendapatkan beasiswa di sekolah baru di daerah
Serpong dan menjalani kehidupan berasrama di dalamnya. Kenyataan itu
sangatlah mendadak bahkan hingga saat ini aku masih tak menyangka
bahwa aku dapat menggapai salah satu mimpiku tersebut.
Sahabat, sebuah kata
penuh makna, terpaut kisah getir manis di dalamnya di lakukan secara
bersama tanpa ada pro dan kontra, semuanya berjalan manis sealiran
bagai sungai yang arus nya tenang dan damai. Tapi kebahagiaan itu tak
lama aku rasakan, aku hanya dapat merasakan manisnya tak lebih dari
tiga bulan. Dan itu sungguh-sungguh menyakitkan. Sungguh sulit di
ungkapkan dengan kata-kata walaupun aku kiaskan sedemikian sehingga
agar para pembaca dapat memahami makna sesungguhnya yang terkandung.
Tak lepas dari masa
lalu, kunci di kehidupanku akan sahabat adalah bahwa sahabat
merupakan hal terindah yang pernah kudapatkan seumur hidupku. Aku
akan selalu menjaganya dan memberikan apapun yang dia minta dariku
sehingga ia merasa bahagia walaupun sahabat itu sendiri tak pernah
mengerti apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang sebenarnya sedang
aku rasakan. Egois memang, tetapi hal ini aku lakukan agar sahabatku
tersebut dapat selalu memancarkan senyum kebahagiaannya yang
merupakan kebahagiaanku juga.
Aku memilliki seorang
sahabat plus plus adik (aku sudah menganggapnya sebagai adikku
sendiri, dan aku menyayangi nya sama hal nya seperti kasih tulusku
terhadap adik kandungku), selain karena usianya memang lebih muda
dariku, ia juga berkepribadian tak berbeda jauh dengan adik kandungku
sehingga dia benar-benar menjadi obat penghapus kerinduanku yang jauh
dari keluargaku dan aku dapat berbagi kebahagiaanku dengan dia.
Perkenalkan, namaku
Syifa, hanya seorang gadis biasa yang berasal dari keluarga biasa
juga. Dan perkenalkan, sahabatku Angel, ia berasal dari tempat yang
jauh dari daerah asalku. Perlu di ketahui, aku berasal dari Banten
dan sahabatku tersebut berasal dari Ambon,Maluku.
Di cerita kali ini, aku
tak ingin mengalurkan terlalu detail kisah kejadiannya. Aku hanya
ingin melampiaskan rasa kekecewaanku karena tak ada seorangpun yang
dapat memahami perasaanku dan mengerti pola pikirku akan kasih sayang
yang kurasakan, memang aneh tapi inilah aku yang tak dapat di samakan
atau dibandingkan oleh siapapun. Aku adalah aku.
Aku sangat sangat sangat
menyayangi Angel, melebihi kasih sayang yang ia tahu tentang aku. Dan
mungkin memang kesalahanku yang tak dapat merealisasikan perasaan
tulusku untuknya sehingga kemudian ia menganggap akulah manusia ter
Egois sedunia yang pernah ia temukan. Ya, aku mengaku bahwa aku
memang egois untuk hal kasih sayang, karena jujur menurutku kesetiaan
terhadap sahabat merupakan suatu anugerah yang harus di syukuri dan
selalu di jaga.
Dan pada akhirnya, Angel
berpaling kepada orang lain yang dia anggap lebih baik dari Aku.
Mungkin dia memang benar dalam mengambil keputusan tersebut, tapi
syukurlah kali ini Akulah yang tersakiti dan aku mencoba untuk
MEMBUANG kasih sayang tulus yang pernah aku berikan kepada adikku
tersebut. Aku mencoba menghapus semua kenangan dan masa lalu antara
aku dan Angel yang tak bisa ku jelaskan secara umum. HAHA.
Aku tahu proses menuju
kedewasaan memanglah sulit karena di usia seperti ini kelabilan
sedang merajalela dan aku pun tengah merasakannya. Aku hanya ingin
mengucapkan TERIMAKASIH BANYAK atas semua kekecewaan yang telah Angel
berikan kepadaku. Aku tengah mencoba menjadikan diriku dewasa
sebagaimana aku menyuruhnya menjadi lebih dewasa lebih dari aku
karena aku sungguh menyayangi nya. Jangan tanyakan mengapa, sekali
lagi aku katakan aku tak akan menjelaskannya di sini.
Sebuah sindiran dan
ucapan penyayat hati seringkali aku dapatkan dari sahabat baru Angel
tersebut dan aku hanya menerima nya begitu saja, tak tahu harus
berbuat apa karena yang pasti aku sama sekali tak ada maksud untuk
menyakiti hati gadis manis tersebut walaupun sekecil biji sawi.
Selamat menjalani kehidupan baru mu dengan sahabat barumu pula dek,
maaf kakak memang kakak ter Egois yang pernah kamu temui seumur
hidup. Aku hanya yakin, sampai saat ini masih tak ada seorangpun yang
mengerti apa yang aku rasakan karena aku sendiri masih tak mengerti
mengapa aku memiliki pola pikir dan sifat yang seperti ini.
Jika dikatakan ini
sebuah kisah sedih di perjalanan hidupku, Ya memang. Ini suatu
kegagalan dalam hidupku dalam membahagiakan seseorang dan mulai saat
ini aku menjadi sangat sangat takut (trauma) untuk memiliki sahabat
baru yang benar-benar aku menganggapnya setulus hati. Kini aku telah
me-Reset pemikiranku menjadi sebuah kalimat sederhana “Lupakan masa
lalu, buka lembaran baru, tak peduli apa yang telah terjadi, kini
yang ada hanya masa depan yang tengah menanti. Elo yaa Elo, gue yaa
gue”. Satu hal lagi, aku akan selalu setia dengan sahabat-sahabat
lamaku, Ifa Fathiyah, Tamara Bella dan Nur Fadilah. Thanks for all.
{}
“ Sebuah
puisi pengungkap kekecewaan “
Berlari
bagai angin tak sampai
mengejar gerak semu sang mentari
penghias malam bertabur bintang
berharap akan kerinduan hujan
Ketika saklar dimatikan
sunyi senyap
bisikan angin pun tak terdengara
raut wajah itu mendatar
menampakkan kegarangan teramat dalam
para lalat berkerumun
tak dapat mendaur ulang
yang telah habis terbuang
Andai hanya tinggal pengharapan
kasih tulus dibalas akan pengkhianatan
serasa semilir ombak nan jauh disana
tak memandang tingkah durhaka
niscaya roda itu kian cepat merambat
Menjulur mencaci dan menyisikkan air mata
mengejar gerak semu sang mentari
penghias malam bertabur bintang
berharap akan kerinduan hujan
Ketika saklar dimatikan
sunyi senyap
bisikan angin pun tak terdengara
raut wajah itu mendatar
menampakkan kegarangan teramat dalam
para lalat berkerumun
tak dapat mendaur ulang
yang telah habis terbuang
Andai hanya tinggal pengharapan
kasih tulus dibalas akan pengkhianatan
serasa semilir ombak nan jauh disana
tak memandang tingkah durhaka
niscaya roda itu kian cepat merambat
Menjulur mencaci dan menyisikkan air mata
~
Assyifa Ekananda Firdaus {Fakta Kenistaan} ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar