cursor

Rabu, 03 September 2014

Rasa Sakit Cinta


Seorang anak bernama Cinta, yang masa kecilnya penuh dengan kebahagiaan. Kasih sayang yang diberikan oleh orang tuanya lebih dari cukup. Senyuman hangat pagi hari disertai kecupan dari sang Ayah, membuatnya semakin bararti dan 'ada'. Langkah awal yang ceria, mengiringi semangat belajarnya demi masa depan.

Lambat laun, Cinta tumbuh menjadi gadis remaja, yang tidak seperti anak-anak kebanyakan. Kehidupannya pilu, apalagi setelah ia mulai bersekolah di luar kota, jauh dari orang tua dan keluarga yang menyayanginya. Entah mengapa ada saja cobaan yang menerpa. Tubuhnya melemah, tak seperti Cinta saat ia kecil.

Seorang gadis yang menginginkan kedamaian, mendapat keajaiban bahwa 'sesungguhnya dunia memang tidak adil'. Tampangnya yang stay cool, seakan tak ada masalah apapun, namun sesunggunya terdapat rasa sakit lahiriyah dan batiniyah di dalam dirinya. Senyuman dapat dilontarkan kapanpun dan kepada siapapun, tanpa terkecuali kepada orang-orang yang hobi sekali menyakitinya.

Rasa sakit yang saling menyambung, bahkan menjadi tumpukan pedih yang disimbolkan oleh air mata.

Awalnya ia dikhianati oleh sahabatnya sendiri. Cinta memposisikan dirinya sebagai 'orang yang bersalah', karena memang tak ada yang mau mengalah.

Setelah kejadian pahit itu mulai pergi, Cinta di berkahi dengan penyakit rangka tubuh yang membuatnya tak dapat berdiri. Rasa sakit itu menguatkan dirinya, menjadi Cinta yang lebih dewasa dan ikhlas atas sebuah kesakitan.

Belum berakhir, sisa penyakit itu sepertinya masih belum bosan berada di tubuh Cinta, terlebih ketika mengetahui bahwa imunitas tubuh Cinta lebih rendah ketimbang anak-anak lainnya.

Kehidupan harus tetap berjalan. Suatu kejadian menyayat hati, seseorang yang pernah dekat dengan Cinta ketika ia masih 'baik-baik saja', kini telah berlabuh di suatu pulau hati seseorang. Bukan berarti Cinta tak bahagia, namun ia sesak ketika seseorang itu kini enggan berbicara kepadanya, karena rasa sayang terhadap pelabuhannya. Cinta tak ada maksud mengusik atau lainnya, ia hanya ingin memiliki teman seperti sediakala, sebelum penyakit itu mulai merasuki badan dan jiwanya.

Tangisan tak henti-hentinya, membuat Cinta yang sedang rapuh di hantam oleh batu besar hingga hancur seketika. Rasa sakit itu datang lagi, ketika ia mencoba merangkak dengan satu kepingan hatinya. Mencari seorang teman yang mungkin rela menampung air matanya. Namun lagi, teman itu hanya membuat kesakitan Cinta semakin menjadi. Teman itu yang menciptakan selipan kata di pikiran Cinta bahwa ' aku tak membutuhkan teman!'.

Nafas Cinta masih tersisa, Tuhan masih mengizinkan Cinta merasakan rasa sakit. Cinta mendapati sebuah kebahagiaan sementara, senyuman ikhlas yang membuat cahayanya kembali terang. Seorang bidadara hati yang akhirnya menjadi rantai pengikat hati. Semua keterkaitan antar perasaan dan teman, yang membuat Cinta memposisikan dirinya lagi di tempat 'aku yang bersalah'.

Saat ini Cinta sedang menikmati semua kesakitan itu, yang mungkin saja masih ada rasa sakit lainnya yang segera menghampiri. Senyum dan tangis dapat menjadi satu. Menjadi dua pribadi yang berkebalikan, yang harus terbiasa oleh rasa sakit.

“ Cinta hanya mencari perhatian orang, dengan semua kisah dan penyakitnya “.

Terimakasih atas semuanya, yang membuat Cinta mengalami depresi teramat dalam. Atas segala rasa sakit. Atas semua kisah.

- Cinta yang indah, yang kuat akan semua rasa sakit.


Tangerang,
04 September 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar