cursor

Rabu, 05 Februari 2014

Kisah Tersurat bermakna Tersirat

Dear all my lovely.


Berjuta keindahan dalam romansa kehidupan seringkali di salah artikan oleh beberapa pihak, terutama beberapa pribadi yang jalan fikiran nya masih terombang ambing dan terhasut oleh berbagai hal ambigu. Mengertikah maksud dari prolog ini?

Ketika, aku mencoba untu memulai sesuatu yang baru, aku takut, aku yakin aku tak bisa karena aku lemah, aku yakin aku pasti akan gagal dalam hal yang telah orang lain percayakan terhadapku. Tapi kenyataannya? Aku bisa, bahkan aku mendapatkan lebih dari apa yang aku harapkan.

Tetapi, seringkali ketika aku meminta sesuatu yang amat sangat aku inginkan, dan aku sangat yakin bahwa aku dapat melakukannya, ternyata semua itu sirna dan kandas. Semua itu hanya menjadi bayangan hitam yang seolah-olah memberikan pengharapan palsu untukku.

Sungguh aku kecewa.
Aku kecewa karena mengapa sesuatu yang aku inginkan selalu berbalik dengan sesuatu yang sama sekali aku tidak inginkan? Semua berbalik dan menyisihkan kesakitan untukku. Ehm, mungkin kata-kata seperti ini terlalu puitis, tapi? Ini kenyataan. Aku bukan sedang berada di dunia mimpi atau bahkan di dunia dongeng.

Sobat, kalian tahu?
Seandainya aku memiliki pelipur lara di asramaku saat ini, pastinya aku tidak akan menulis hal seperti ini dan aku posting hingga semua orang tahu apa yang aku rasakan. Kenyataannya? Menyakitkan!
Aku berharap dapat memiliki 'satu' saja sahabat atau sekedar teman baik yang dapat aku jadikan sebuah tempat kepercayaanku di kala senang dan sedih. Bukan hanya ketika tertawa aku bersama mereka dan ketika sedih aku hanya bisa mengurung diri di dalam kamar.

Ya, aku penakut! Ya, dan aku pantas dijuluki hal seperti itu.
Aku takut untuk terbuka dengan orang lain. Mengapa aku bisa mengatakan hal seperti ini? Karena aku telah mengalaminya, aku dikhianati oleh orang yang sudah benar-benar aku percaya dan aku tak ingin kejadian naas tersebut terulang kembali di kehidupanku.

Aku pemarah! Ya, aku memang manusia pemarah!
Aku marah tetapi aku tak bisa mengungkapkannya secara langsung. Dan aku juga pantas sekaligus di katakan pecundang. Aku hanya bisa mengekspresikan kemarahanku lewat sebuah tulisan tak bermakna seperti ini. Karena mereka di luar sana hanya berkata “OH” jika aku sedang mencoba merealisasikan apa yang aku rasa.

Aku Egois! Ya, aku sadar aku memang manusia ter-Egois di seluruh alam semesta ini.
Aku egois karena aku ingin mendapatkan sesuatu yang bisa ku sebut kasih sayang, aku egois karena aku menginginkan hanya 'seorang' yang dapat mengerti apa yang aku ungkapkan. Dan aku egois karena aku hanya ingin mengikuti kemauanku yaitu menyandang gelar kebahagiaan.

Aku sadari semua itu.

Pojokan kamar adalah tempat ternista dalam hidup. Yang aku selalu menyalahkannya karena aku tidak dapat melakukan hal lain selain membasahi dinding tersebut. Rasanya aku ingin pergi dari sini karena tidak ada yang dapat menerima kehadiranku. Rasanya aku ingin pergi dari sini karena manusia di luar sana hanya memilih orang yang terbaik sedangkan aku adalah yang terlemah.

Aku kecewa.
Dan aku malu, sungguh. Aku ingin seperti mereka yang memiliki seseorang di sampingnya untuk selalu menyemangatiku, selalu ada untukku dan aku pun selalu ada untuknya. Aku ingin seperti mereka yang bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, bisa mewujudkannya dengan suatu kerja keras yang setimbal. Tuhan, aku ingin kau kirimkan satu saja malaikatmu dari surga agar aku tak kesepian di sini, agar aku dapat menjadi bagian daripada mereka, agar aku dapat merasakan indahnya persahabatan di lingkungan baruku.

Tuhan, sungguh hati kecil ini menangis, bahkan bukan hanya hati, seluruh jiwa dan ragaku terkulai lemah tak dapat berkata dan hanya dapat berkaca dalam naungan hitam. Tuhan, tolong.

Semua cita-cita, mimpi, dan keinginanku kini hanya menjadi sesuatu yang akan di jawab oleh waktu. Aku ingin melukiskan berbagai kisah di lembaran baru dengan tawa kebahagiaan, bukan hanya sekedar kisah di pojokan kamar bersama benda kotak bernama laptop yang selaaalu menjadi tempat pelampiasanku.

Aku tak bisa.
Aku tak bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya sedang aku rasakan. Aku kesal dengan diriku sendiri. Dan aku sedih akan semua hal itu. Aku kecewa. Sungguh. :''''


Kota Tangerang, 05 February 2014 at 22:50pm




Tidak ada komentar:

Posting Komentar