cursor

Jumat, 30 Juni 2017

Rangga dan Cinta


Seringkali aku berpikir, apakah yang kulakukan ini benar adanya. Bagaimana awalnya dia datang, masuk meresap bagai air mengalir dalam rongga pembuluh darah, hingga akhirnya berpisah seakan tak pernah saling mengenal satu sama lain.

Dia yang kukenal sangat kusukai perangainya. Mulai dari cara bicaranya, tingkah lakunya, bahkan hal-hal yang menurut orang lain menyebalkan pun justru aku menyukainya. Tak peduli apa yang dikatakan mereka di luar sana, yang pasti aku bahagia walau hanya berada dalam beberapa meter disekitarnya.

Tinggal satu atap selama tiga tahun lamanya membuat aku percaya bahwa cinta itu ada. Datang dengan tanpa undangan tersurat, namun membuat hari-hariku yang sudah penuh dengan kalimat eksak dibumbui dengan warna cinta yang entahlah, aku saja tak dapat mendeskripsikannya hingga detik ini.

Banyak aku mendengar perkataan, ‘cintailah dia yang bahkan wajah bangun tidurnya pun kamu sukai’. Walau tak mendengar kalimat-kalimat seperti itu pun aku sudah mencintainya, dengan apa adanya dia, dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Pria yang lebih muda sembilan bulan dariku itu sungguh membuatku tersiksa dengan segala kehangatan dan kenangan yang ia berikan. Hal-hal kecil seperti menoton film di laptop, masak makanan yang rasanya astagfirullah tidak karuan, berangkat bersama, pergi menghabiskan uang bulanan, bahkan pernah sampai bermain di bawah selimut bersama-sama seperti anak kecil yang sedang kemah-kemahan. Ah, aku merindukannya.

Kurasa awalnya hanya aku yang punya ‘perasaan yang lebih’ terhadapnya, karena hingga saat ini pun kurva rasa cintanya belum lagi bisa ku terka, tidak seperti matematika yang memberikan kepastian walau harus dengan kesulitan. Dia tidak seperti itu, fikirannya rumit, jalan hidupnya jauh dengan apa yang aku alami saat ini. Atau mungkin justru aku yang telah berubah terlebih dahulu?

Seperti Rangga dan Cinta. Kehidupan masa sekolah memang menyenangkan. Menghadirkan kisah-kisah cinta tak terlupakan, apalagi cinta pertama yang  membuat hati bergeming kala mengingatnya. Namun seperti itulah, Rangga yang hidup dengan apa adanya, dan dibesarkan hanya dengan salah satu dari orang tuanya berbanding terbalik dengan kehidupan Cinta yang penuh dengan kasih sayang dari keluarganya yang lengkap.

Aku tidak tahu lagi bagaimana cara untuk mengungkapkan bahwa aku rindu, bahwa aku menginginkannya, bahwa aku memiliki perasaan layaknya Cinta terhadap Rangga yang terpendam dalam sebuah kotak dan tak berani untuk membukannya kembali, kecuali untuk mengingat Rangga dan segala kenangannya. Aku tidak tahu lagi hal apa yang harus aku lakukan untuk dapat terus meyakinkannya. Hingga akhirnya dia pergi. Oh bukan, maksudku, aku dan dia memang harus berbisah dengan sejuta alasan.

Cinta yang kumiliki terhadapnya sama seperti Cinta yang dimiliki oleh Cinta terhadap Rangga, atau bahkan bisa saja lebih dari itu. Karena yang aku tahu, cinta bukan hanya sekedar perasaan yang hanya ada di awal saja, bukan sekedar keinginan dan hawa nafsu untuk dilakukan bersama, bukan juga sekedar status untuk dipamerkan pada khalayak ramai. Lebih dari itu, cinta merangkup segalanya. Sayang, dia tak menangkap apa yang selama ini telah aku jelaskan.

Dia, dia dan dia. Ah, senyumannya, kehangatannya, bahkan sentuhan tangannya pun masih dapat kuingat dengan sangat jelas sampai saat ini. Aku merindukannya, sungguh, demi apapun aku merindukannya. Bagai pungguk merindukan rembulan, yang rindunya takkan pernah sampai.

Hanya kalimat rindu yang bahkan ku tahu ia sudah sangat bosan membacanya. Namun lagi, aku merindukannya. Rasa rindu yang membuatku sesak, membuatku hampir mati jika harus setiap hari mengingatnya. Tak pernah aku merasakan rindu sesakit dan seperih ini, seakan ditikam oleh benda tajam, seperti dililit oleh alunan tambang, seperti dijatuhkan dari ketinggian. Aku ingin berteriak, namun apalah daya, dia tak akan pernah mendengarnya.

Aku mencintainya.

Sungguh.

Pernah aku berkata aku membencinya. Itu pun benar. Karena ia hanya menginginkan apa yang menjadi kehendaknya saja. Dia tak melihat dari sisi mana aku mencintainya, dari bagaimana aku berjuang untuk mendapatkannya, dan menjaganya walau teramat sakit. Apakah aku berdusta? Oh, kurasa iya. Aku berkata bahwa aku akan benar-benar pergi, aku ungkapkan bahwa ia akan kehilanganku. Namun lagi, justru aku yang merasakannya. Aku menyesal telah mencintainya, namun aku lebih  menyesal karena harus berpisah dengannya.

Aku mencintainya.

Sungguh.

Jika ada satu kesempatan untuk aku katakan, aku ingin berkata ‘Jangan pergi lagi, tolong jangan, aku bisa mati karena rindu jika harus melakukan untuk kedua kalinya’. Tolong, aku mohon dengan sangat, lihat aku dari semua segi pandang yang kamu miliki, tatap aku dan jadikan dirimu bersyukur karena telah bertemu denganku. Tapi jika memang demikian, egois namanya karena harus selalu mementingkan keinginanku saja.

Aku mencintainya.

Sungguh.

Bahkan tak lagi aku berpikir saat menghabiskan waktu dengannya, tak sempat lagi aku untuk memberikan sebuah jawaban ‘tidak’. Apapun keinginannya, yang sekiranya masih dapat kulakukan pasti ku berikan, Pun sebaliknya, aku tahu dan paham benar bagaimana ia berusaha untuk selalu memberikan apa yang aku inginkan, hingga akhirnya aku dan dia berpisah.

Aku mencintainya.

Sungguh.

Namun rasa yang aku miliki tak sepenuhnya sampai padanya. Tak semestinya aku merindu seperti ini. Tak seharusnya aku terlarut dalam kesedihan dan kerinduan. Juga, tak seharusnya aku memberikan pengertian dengan terus-menerus, karena mau bagaimana pun juga, ia tak akan pernah mengerti bahwa dia adalah manusia pertama yang aku rindukan selain keluargaku dengan sedemikian sangat aku merindukannya.

Apalagi? Bagaimana lagi aku utarakan? Yang aku lihat bukan hanya dari satu sudut pandang saja, sayang. Aku melihatmu dari seluruh dirimu, tapi apakah kamu pun demikian? Kurasa tidak.

Hatiku hancur. Benar-benar remuk saat dia mengatakan hal yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Ku kira cinta itu tulus, ternyata ada alasan lain yang dia miliki dalam setiap goresan kenangan yang telah tercipta.

Aku marah, aku kesal, namun lagi, aku mencintainya.

Sungguh.

Jadi, tolong aku, katakan apa yang harus aku lakukan sekarang?
Air mataku tak cukup lagi untuk setiap malam menangisi dirimu. Orang tuaku pun sudah tak lagi dengan sangat menanggapi cerita-cerita kesedihanku tentang dirimu. Kamu yang saat ini jauh, bukan hanya jarak namun juga hatimu perlahan mulai jauh. Tapi bayanganmu masih saja hadir di setiap mimpi dalam tidurku. Ah, ingin kuucapkan lagi, aku merindukanmu.

Seperti Rangga dan Cinta. Hingga saat ini aku masih yakin bahwa kisah seperti itu bukan mustahil adanya. Karena aku yakin, kamu, iya kamu. Aku mencintaimu, sungguh.


Kota Serang, 1 Juli 2017



Rabu, 30 Maret 2016

Di Balik Jemuran Baju

  Sudah dua tahun lamanya. Jemuran baju yang gagah itu kini mulai rapuh. Beban demi beban digantungkan kepadanya. Tak pernah berkomentar tentang bagaimana ia diperlakukan, ia tetap terima. Bisa apa dia dengan segala tindakan, karena ia hanyalah sebuah benda mati yang tak jarang orang memperhatikan jasa-jasanya.
  Masih teringat tentang bagaimana sang pemilik berusaha untuk mendapatkannya. Ketika itu, sang pemilik dan bundanya pergi ke sebuah toko peralatan rumah tangga. Mereka berlari-lari, mencari kesana dan kemari untuk mendapatkan sebuah benda yang cukup bagus kualitasnya. Hingga pada akhirnya, mereka menemukan barang yang dicari.
  Sang pemilik merogoh lembaran dalam dompetnya. Tatkala saat itu, uang yang ada digenggamannya dan yang ada ditangan ibunya tak mencukupi untuk membeli jemuran baju yang telah dipilihnya. Alhasil, mereka beralih pada sebuah jemuran baju yang lain, yang tentunya memiliki harga lebih murah. Rasa kecewa memang ada, namun secepat kilat perasaan itu menghilang dan berubah menjadi rasa penuh syukur.
  Sang pemilik dan bundanya bergegas untuk pulang, mereka melangkah menaiki sebuah angkutan umum sembari menenteng jemuran baju tersebut.
  Bundanya berkata, “Tak apa ya nak, yang penting kamu masih dapat memilikinya. Bunda hanya tak ingin, jika di asrama mu nanti, kau harus naik turun anak tangga hanya untuk menjemur pakaian-pakaianmu. Bukannya bunda memanjakanmu, namun bunda tahu, kaki patahmu yang baru beberapa bulan ini tersambung belum cukup kuat untuk menaiki anak tangga sembari membawa ember berisi pakaian basah. Bunda hanya ingin kau tahu, bahwa bunda sayang padamu”.
  Ah, miris sekali jika mengingat kejadian tersebut. Sang pemilik hanya dapat tersenyum haru, juga selalu bersyukur karena memiliki seorang bunda yang rela berjuang seperti itu.
  Beberapa hari setelahnya, di dalam sebuah kamar asrama, sang pemilik dan bundanya bekerja sama untuk merakit jemuran baju yang telah mereka beli. Jika boleh dikatakan, cukup sulit untuk merangkainya. Butuh kesabaran dan ketelatenan agar jemuran tersebut tak goyang dan tak jatuh jika diisi oleh beberapa helai pakaian. Sampai pada akhirnya, mereka berdua berhasil, dan meletakkan jemuran baju itu di sebuah sudut kamar dengan penuh kebanggaan.
  Kini, kenangan tersebut telah berlalu. Sang pemilik kedatangan seorang teman kamar baru, yang mengharuskan dirinya untuk berbagi jemuran baju itu. Dengan senang hati sang pemilik membaginya, ia mendapatkan tangkai yang didepan, dan kawannya mendapatkan tangkai yang dibelakang.
  Namun, betapa sakitnya hati sang pemilik. Jemuran baju yang penuh kisah itu, tak dimanfaatkannya dengan baik. Ia melihat teman kamarnya tak mengindahkan apa yang telah diberitahukan oleh sang pemilik. Baju yang digantung tak dirapihkan, bahkan ditumpuk hingga beberapa helai sehingga membuat jemuran yang lemah itu menjadi bobrok, hancur, dan terjatuh. Miris sekali rasanya. Mengenang perjuangan ketika bagaimana mendapatkan jemuran baju itu sembari melihat keadaannya saat ini.
  Sang pemilik berusaha untuk membenahinya. Mengembalikan posisi tangkai ke tempat semula sehingga terlihat manis kembali.
 
“Semoga ada hikmah di balik semua kejadian ini”.


Tangerang, 31 Maret 2016

 Assyifa Ekananda Firdaus
*Image from google pict.

Jumat, 26 Februari 2016

Wajanbolic E-goen

Halo, kali ini saya akan menjelaskan sedikit tentang Wajanbolic yang berhasil diciptakan oleh Bapak Gunadi dari Purwakarta. Sebenarnya penjelasan ini saya buat karena ada tugas TIK dan isinya pun bukan pure dari saya sehingga saya mengambil beberapa source yang memungkinkan jadinya artikel ini. Tapi walaupun begitu, I hope kalian semua bisa enak baca penjelasannya yak!


Apa itu Wajanbolic?
Wajanbolic e-goen adalah sebuah antena nirkabel yang terbuat dari wajan dan paralon. Antenna Wajan, atau Wajanbolic e-goen merupakan terobosan dalam Teknologi RT/RW-net. Namanya diambil dari penciptanya, Pak Gunadi (Wajanbolic e-goen), antena ini banyak digunakan dalam Infrastruktur Jaringan RT/RW-net. (https://id.wikipedia.org/wiki/Wajanbolic_e-goen).

Nah, jadi sekarang sudah paham kan?
Ohiyah, tambahan lagi nih, dari info yang saya dapat, wajanbolic ini dinamakan infrastruktur jaringan RT/RW-net karena cakupan sinyalnya bisa sampai untuk satu RT/RW.
Wah... luas juga yak?
Justru itu, teknologi seperti inilah yang saat ini memang tengah dicari, termasuk di Indonesia.




Gambar Wajanbolic


Sedikit Profil PenemuWajanbolic

Pak Gun berasal dari Jogyakarta alumni STEMBAYO. Informasi terakhir, beliau bekerja di Indosat menjadi salah seorang yang bertanggung jawab di Stasiun Bumi Indosat di Purwakarta. Sejak 2005-awal 2006, sosok e-goen dominan memberikan inspirasi bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan antenna wajan & antenna panci di Indonesia. Antenna wajan yang kemudian dikenal sebagai wajanbolic e-goen menjadi andalan utama bagi mereka yang ingin membangun RT/RW-net atau Wireless Internet murah di rumahnya dengan modal sekitar Rp. 300-350.000 saja.

Pak Gun aktif di mailing list indowli@yahoogroups.com dan mengajarkan subscriber teknik-teknik membuat antenna murah menggunakan wajan, kaleng dan pipa paralon. Dengan peralatan yang sangat sederhana kita dapat membangun sambungan Wireless Internet yang cukup jauh untuk menjangkau wilayah lebih dari 2-4 km. (https://id.wikipedia.org/wiki/Wajanbolic_e-goen)



Gambar Pak Gunadi

Dasar Hukum Wajanbolic

Penggunaan Wajanbolic ini diatur oleh Keputusan Menteri No.2 Tahun 2005. Beberapa hal yang penting dari Keputusan Mentri No.2 Tahun 2005 adalah : tidak memerlukan izin stasiun radio dari pemerintah untuk menjalankan peralatan internet pada frekuensi 2.4GHz, tetapi dibatasi dengan:
  1. Maksimum daya pemancar ada 100mW (20dBm).
  2. Effective Isotropic Radiated Power(EIRP) di antenna adalah 36dBm
  3. Semua peralatan yang digunakan harus disertifikasi oleh POSTEL


Bagaimana Cara Kerja Wajanbolic?

Prinsip kerja antena Wajanbolic seperti antena parabola lainnya, yaitu menempatkan bagian sensitif antena pada titik fokus parabola (wajan) sehingga semua gelombang elektromagnet yang mengenai wajan akan terkumpul dan diterima oleh bagian sensitif tersebut. Jangkauan kerja antena ini dapat mencapai hingga 1-2 km bahkan sampai 5 km. Antena Wajanbolic terdiri atas 3 komponen utama, yaitu1 :
> Reflektor yang terbuat dari wajan
Dapat digunakan wajan yang berdiameter minimal 40cm, semakin besar ukuran wajan akan semakin baik karena semakin banyak frekuensi radio yang dapat ditangkap.
> Bagian Sensitif antena berbentuk Tabung berisi USB WLAN
Sebagai Tabung dapat digunakan Pipa Paralon 3” sepanjang 23cm dan bungkus 16cm dari panjangnya dengan Aluminium foil.
> Kabel penghubung antena ke komputer
Dapat menggunakan kabel USB yang biasanya disediakan dalam paket USB WLAN, dipotong di bagian tengah dan disambung dengan menggunakan kabel UTP atau Kabel LAN.

Lalu, Bagaimana Gambaran Umum Membuatnya?

Sekarang, kita membahas tentang cara membuat antena wajan bolic yang sekarang lagi naik daun. Antena wajan bolic bertujuan untuk menghemat dana dari pada membeli antena grid, tapi sebenarnya bisa juga antena wajan bolic dibuat untuk mencrack keamanan ISP.

Alat dan Bahan :
  • Tutup panci atau Wajan penggorengan
  • Paralon 3" buat feeder
  • Tutup pralon 3" : 2 buah
  • Paralon 1" , buat support pemasangan USB WiFi
  • Tutup pralon 1" : 1 buah
  • Baut besar : 1 buah
  • Baut kecil : 1 buah
  • Lakban Aluminum, untuk melapisi pralon 3" yg dipakai buat feeder.
    Bagi anda yang kesulitan untuk memperoleh lakban aluminium dapat menggunakan teknik Wajanbolic Indonesia yang menggunakan aluminium foil dan lem pralon.
  • Pipa listrik yg kecil (diameter 1 cm), untuk pelindung sambungan kabel UTP
  • Rubber Tape, untuk menutup Pipa listrik

Langkah Membuat :
  1. Membuat dudukan untuk USB WLAN dari pralon 1", yang dilapisi oleh lakban aluminium, sehingga berfungsi seperti antenna kaleng.
  2. Lubangi tengah-tengah wajan
  3. Dudukan pipa pralon dengan USB WLAN di muka wajan.
  4. Perpanjang kabel USB dengan menggunakan kabel UTP
  5. Perhitungan posisi lakban aluminium terhadap dasar wajan
    - Lokasi fokus wajan adalah f=D^2/(16xd) dimana D adalah diameter wajan, dan d adalah kedalaman wajan.
    - Posisi USB wifi adalah 3/4Lg, kira-kira 5.2-5.3cm untuk pralon 3"

Banyak bangsa di dunia pun belajar kepada bangsa Indonesia tentang teknik membuat internet yang murah tersebut. Beberapa bangsa di dunia yang pernah mengundang untuk memberikan teknik membuat antenna kaleng tersebut antara lain : Afrika Selatan, Tunisia, Denmark, India, Bhutan, Nepal, Laos, Kamboja, dll.
Walaupun demikian, antenna wajanbolic tetap saja memiliki kekurangan dan kelebihan, diantaranya adalah :

A. Kekurangan Wajanbolic
  • Karena berupa 'solid dish, maka pengaruh angin cukup besar sehingga memerlukan mounting ke tower yang cukup kuat
  • Level daya yang dipancarkan tidak bisa dikendalikan dengan baik.
  • Tidak sesensitif antena parabola asli dalam menangkap gelombang sinyal
  • Tidak tahan lama, harus melakukan kalibrasi berulang kali.

B. Kelebihan Wajanbolic
  • Murah
  • Jaringan lebih cepat daripada modem
  • Dapat di pasang dengan cepat dan mudah sehingga tidak menyita waktu terlalu banyak.
Nah, sekian yak penjelasan dari saya. Kurang lebihnya mohon dimaafkan hehe. Bye!

Source :

Selasa, 27 Oktober 2015

Ry(N)anda


Prolog

Aku bukan lagi anak yang mengenakan rok biru. Ingatlah, pergantian warna dapat merubah segalanya. Dunia yang baru, masa depan yang hingga saat ini masih menjadi misteri, juga percintaan. Ikuti saja kaki melangkah. Syaratnya, jangan menutup kemungkinan bagi apapun bahkan siapapun yang mencoba masuk ke dalam kehidupan. Oh iya, satu lagi, kebahagiaan adalah hal utama dari segala hal yang paling utama.

Lampu gantung dalam kamar hotel masih saja melambai-lambai. Ditambah dengan semilir AC yang sedaritadi menggelitik hingga ke ujung syaraf. Jika saja aku dapat memeluk bunda saat ini, aku tak akan ragu melakukannya. Kulihat dua orang lainnya -yang aku pun baru saja mengenalnya beberapa menit yang lalu- tertidur pulas disampingku. “Yaampun, polos banget,” karena ekspersi wajah mereka ketika tidur bagaikan boneka yang benar-benar membuat gemas bagi siapapun yang melihatnya.

Masih menunggu terbitnya matahari. Tak sabar untuk melakukan hal-hal baru dengan teman-teman dan lingkungan baru. Hahaha, tak pernah terpikirkan juga sebelumnya jika aku dapat menginjakkan kaki disini. Di Jakarta. Di usiaku yang belum genap enam belas tahun. Tapi sungguh, mulai detik ini aku harus belajar mandiri tanpa kedua orang tua.

Kehidupan asrama tidak enak.
Kamu gak akan bisa main kalau di asrama.
Masa kamu cuma punya temen segitu aja?
Yaaa kasian deh jadi anak asrama sekarang. . .

Siapa peduli dengan kata-kata tersebut? Aku memantapkan diri dan mengambil keputusan ini dengan tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dengan penuh rasa kesadaran pun, aku tahu bahwa resikonya sangatlah tinggi, dan itu merupakan sebuah tantangan bagiku. Ini kehidupanku, kalian hanya menjadi audience karena aku yang akan sepenuhnya menjalani waktu demi waktu.


Aku teringat. 
“Tunggu, siapa itu? Apakah dia akan menjadi teman sekelasku juga setelah ini? Semoga saja iya. Tapi, apa aku tak salah melihatnya? Mengapa ia begitu menarik perhatianku? Rasanya aneh sakali. Sungguh, aku jadi ingin masuk dan mengetahui tentang kehidupannya”.

*
*
*

Baca kelanjutan kisahnya di :

Assyifa Firdaus

Minggu, 15 Maret 2015

String Love (Sinopsis)

Sebuah kisah by : Assyifa Ekananda Firdaus

     Dia yang begitu hebatnya dapat menggetarkan hati. Berawal dari senyuman singkat, namun didasari oleh ketulusan hati. Kekuatanku berasal darinya, belakangan ini dia yang selalu hadir mengisi space kosong yang mungkin tak banyak orang menyadari. Aku merasakannya.

     “Aku gak tau, nanti kita akan terpisah. Dan mungkin kamu bakal lupain aku. Cepat atau lambat, kamu pasti menemukan yang lebih baik dari aku,” sahutnya.

     Aku membalasnya dengan perkataan hangat. Walau sebenarnya didalam hatiku bergejolak rasa ketakutan jika semua itu benar-benar terjadi. “Kamu tahu, jika kita memang ditakdirkan bersama, mau selama atau sejauh apapun kita terpisah,kita akan dipersatukan kembali nantinya. Percayalah.”

     Apakah yang akan dilakukan oleh seorang Alice untuk menggaet pria yang diincarnya tersebut? Alice sendiri adalah tipikal wanita yang berani dalam hal perasaan, entah itu pada lawan jenisnya, atau bahkan menghadapi perasaan sahabatnya.

      Suatu waktu, Alice mendapati calon kekasihnya itu sudah lama menjalin hubungan dengan wanita lain. Lalu bagaimana perasaan Alice? Apakah dia tetap kuat atau justru kebingungan menghadapi perasaannya sendiri?

*

      Kisah ini merupakan kisah nyata seorang anak yang dikarantina dalam asrama. Jauh dari orang tua, berpetualang dan mendapatkan pengalaman tentang cinta.

     Ikuti terus perjalanannya. Karena, dibalik sesuatu pasti ada sesuatu. Ada takdir yang berawal dari sebuah ketidaksengajaan.

*

Ya, begitulah sinopsisnya. Pasti penasaran kan, ceritanya bagaimana? Apalagi kisah ini ditulis real dari kehidupan aku sehari-hari di asrama. Mulai dari kejadian bahagia, gila-gilaan sampe galau gak karuan. Pokoknya cerita ini bener-bener aku tulis dan akan aku kemas dengan sedemikian sehingga kalian dapat menikmatinya. 

Tunggu saja dikemudian hari! :D
Trims.

Kota Tangerang, 16 Maret 2015

Senin, 16 Februari 2015

Apakah Dia Tahu?





Apakah dia tahu bagaimana aku menjagamu?
Ketika kamu merasa lelah dan seakan terjatuh, aku selalu ada disisimu.
Apakah dia tahu bagaimana aku menyayangimu?
Ketika kamu membutuhkan seseorang, aku yang akan mengorbankan diriku.
Apakah dia tahu bagaimana aku berusaha untuk mendapatkanmu?
Ketika segala cara telah aku lakukan, hanya demi dirimu.

Wahai kekasihku,
Bagaimana bisa dia mencampakkanmu?
Bagaimana bisa dia tak memberikan perhatian untukmu?
Bagaimana bisa dia tak menganggapmu ada?

Ketika,
Aku disini, selalu berdoa yang terbaik untukmu
Namun dia dengan manisnya tak mengacuhkanmu
Aku disini, selalu memperhatikanmu, disetiap sudut pergerakanmu
Namun dia hanya menyia-nyiakan kasih sayang yang kamu berikan
Aku disini, selalu berharap kamu bisa tahu dan mengerti
Bukan dia yang ada disisimu saat ini, tapi aku
Namun kamu tetap mempertahankannya

Tahu apa dia tentang perjuanganku?
Jatuh bangun untuk mendapatkanmu
Berdiam menanti dan menunggu
Tersenyum walau tak berbalas senyum
Tahu apa dia tentang perjuanganmu?
Tentang perasaanmu yang tulus, namun dinodainya
Hal-hal kecil yang membuatmu tersakiti, dengan sikapnya

Aku disini menangis,
Karena dia yang menyakitimu
Aku disini tak tahu harus berbuat apa
Karena orang yang tengah aku sayangi,
Namun tak tahu apa yang kamu rasakan sebenarnya
Aku tetap bukan siapa-siapa untukmu.

Apakah dia tahu sikapmu saat ini?
Bosan terhadap suasana beku
Terhindar dari canda tawa,
Yang ada hanyalah alasan untuk bersandiwara.

Apakah dia tahu bahwa aku, Aku yang menjagamu
Namun dengan manisnya memperlakukanmu seperti ini?
Apakah dia tahu bahwa sesungguhnya aku tak sudih
Menerima kabar tentang keluh kesahmu tentangnya.

Namun apa?
Kamu tetap saja mempertahankannya.
Dan dia seharusnya mengerti bahwa cintamu itu tulus baginya.
Dia seharusnya paham, menjaga hati itu sangat sulit
Dia juga harusnya tahu, bahwa
Bisa kapan saja kamu berpaling ke lain hati.
Namun kamu tidak melakukannya!

Apakah dia tahu, bahwa kamu tetap menjaga perasaannya?
Apakah dia tahu, bahwa aku terluka ketika semua ini terjadi?
Apakah dia tahu? Jawab aku.
Apakah dia tahu?

Dia seharusnya tahu,
Kalau dia tengah dijaga perasaannya
Kalau dia tengah disayang
Oleh orang yang aku sayangi
Kalau dia tengah dipertahankan!

Dia seharusnya tahu,
Bahwa masih ada aku yang jika dia menyakitimu
Aku tak akan membiarkan luka itu tergores lama
Dia seharusnya tahu,
Setengah mati aku merasakan kerinduan
Ketika jauh dari pelukanmu.
Dia seharusnya tahu!
Dia seharusnya mengerti!
Bahwa kamu benar-benar menyayanginya!

Tapi mengapa dia tidak tahu?
Atau apakah dia pura-pura tidak tahu?
Mengapa?
Apakah yang sebenarnya dia tahu?



Ditulis : Kota Serang, 15 February 2015

Kamis, 05 Februari 2015

Kata Yang Tetap Menjadi Kata (puisi)

















Dua tiga, langit-langit kelabu lagi
Padahal sudah lama aku menantinya tersenyum
Satu dua, dia benar-benar tersenyum
Indah sekali siluetnya, hingga membuatku tertegun
Detik demi detik, dengan taburan intan
Aku terdiam,
Berbicara kepada waktu pun tak ada gunanya
Ia takkan pernah mengatakannya

Satu dua tiga
Kuulangi lagi berucap, tentang dia
Tentang perasaan yang hilang
Tak ada gunanya aku mengiang sahutannya
Yang justru membuatku semakin lemah
Tak perlulah aku bermanis sikap
Pun ia takkan pernah terima

Lagi,
Terus menerus menghujam dengan tikaman tajam
Membebani kesucian tanpa kebenaran
Menangisi setitik harapan
Ah, mustahil sekali
Lebih baik aku pergi
Namun apakah sungguh aku harus pergi?

Aku pernah berjanji pada sang mentari
Untuk tak mencintainya lagi
Aku pernah menyatakan pada rembulan
Bahwa aku tak membutuhkannya
Namun,
Raja dari segala Raja mengizinkanku
Merubah goresan derajat haluan
Mencipta sedikit kenangan
Tentang kisah
Yang endingnya tertera dalam sejarah jiwa

Bahagianya bermain kata.

Jujur tak kuasa aku meneteskan lara
Menangis di tengah hujan
Tak akan ada yang tahu,
Karena aku pun sudah mengetahuinya
Jangan takut,
Aku baik-baik saja
Dan aku akan selalu menjaga diriku
Untuk tetap baik-baik saja